Selasa, 29 November 2011

macam-macam KONFIGURASI


Secara default, /etc/sshd_config Anda akan tampak sebagai berikut :
Port 22
ListenAddress 0.0.0.0
HostKey /etc/ssh_host_key
RandomSeed /etc/ssh_random_seed
ServerKeyBits 768
LoginGraceTime 600
KeyRegenerationInterval 3600
PermitRootLogin yes
IgnoreRhost no
StrictModes yes
QuietMode no
X11Forwarding yes
X11DisplayOffset 10
FascistLogging no
PrintMod yes
KeepAlive yes
SyslogFacility DAEMON
RhostsAuthentication no
RhostsRSAAuthentication yes
PasswordAuthentication yes
PermitEmptyPasswords yes
UserLogin no
# Checkmail no
#PidFile /u/zappa/.ssh/pid
# AllowHosts *.our.com friend.other.com
# DenyHosts lowsecurity.theirs.com *.evil.org evil.org
# Umask 022
#SilentDeny yes
Sebagai referensi dalam mengedit konfigurasi tersebut, berikut penjelasan tentang fungsi-fungsi dari beberapa parameter yang perlu :

Table: Parameter /etc/sshd_config
Parameter/etc/sshd_config
Parameter Penjelasan
AllowGroups [groups]
Digunakan untuk mengontrol grup yang dapat memanfaatkan fasilitas SSH. Antar grup dipisahkan dengan spasi. Misal AllowGroups root user
AllowHosts [hosts]
Dipergunakan untuk mengontrol host-host yang dapat mengakses layanan SSH. Host dapat diberikan dalam bentuk nama atau nomor IP. Misalnya AllowHosts *.pasarrumput.com 192.168.11.1
AllowTCPForwarding
Dipergunakan untuk menentukan apakah TCP forwarding diperbolehkan. Secara default di set yes.
CheckMail
Digunakan untuk menentukan apakah user yang sedang login dengan ssh diberitahu jika ada email masuk atau tidak. Secara default diset yes.
DenyGroups
Digunakan untuk mengontrol grup yang tidak diperbolehkan untuk memanfaatkan fasilitas SSH. Sebagaimana AllowGroup, parameter ini menggunakan spasi untuk memisahkan grup satu dengan lainnya.
DenyHosts
Untuk mengontrol host-host yang tidak diperbolehkan untuk mengakses layanan SSH.
FascistLogging
Untuk menentukan apakah sshd menjalankan aktivitas logging
HostKey
Untuk menentukan letak file kunci dari host. Secara default file kunci ada di /etc/ssh_host_key
IdleTimeout
Untuk menentukan waktu pemutusan layanan jika ada session yang tidak melakukan aktivitas.
IgnoreRhosts
Untuk menentukan apakah sshd membaca file .rhosts atau tidak.
KeepAlive
Untuk menentukan apakah sshd mengirimkan pesan bahwa layanan masih berjalan atau tidak
LoginGraceTime
Untuk menentukan waktu jeda saat user bisa login kembali akibat kegagalan login pada sesi sebelumnya
PermitEmptyPassword
Untuk menentukan apakah diperbolehkan atau tidak user mengirimkan password kosong
PermitRootLogin
Untuk menentukan apakah root dapat log in dengan ssh, dan jika diperbolehkan apakah masih perlu autentikasi password
PrintMod
Untuk menentukan apakah sshd perlu menyampaikan motd (message of the day) saat user login
RSAAuthentication
Untuk menentukan apakah sshd menggunakan autentikasi model RSA
ServerkeyBits
Untuk menentukan berapa bit yang dipakai sebagai kunci untuk server
SilentDeny
Untuk menentukan sshd menolak terhadap suatu session tanpa pemberitahuan sama sekali
StrictModes
Untuk menentukan sshd mengecek hak akses file terhadap home direktori sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak suatu login
X11Forwarding
Untuk



Untuk menjalankan sshd, cukup ketikkan sshd sebagai root.
# sshd
Ada beberapa pilihan dalam menjalankan sshd. Pilihan ini diketikkan sebagai prefiks saat menjalankan sshd. Misal :
# sshd -g 60 (menjalankan sshd dengan timeout untuk klien 60 detik)


Table: Pilihan saat menjalankan sshd
Pilihan (prefiks)
Fungsi
-b [bits]
Dipergunakan untuk menentukan berapa bit yang dipergunakan sebagai kunci. Secara default dipakai 768 bits.
-d
Dipergunakan untuk menjalankan dalam modus DEBUG. Ini berguna untuk mengamati proses server yang sedang berjalan.
-f [config-file]
Dipergunakan untuk menentukan file config yang lain selain yang ditunjuk secara default (/etc/sshd_config)
-g [timeout]
Dipergunakan untuk menentukan timeout jika ada pengguna yang meminta sebuah sesi tetapi tidak melakukan autentikasi. Defaultya 600 detik. Disarankan untuk mengeset ke 60 detik.
-h [host-key]
Dipergunakan untuk menentukan alternatif lain dari file host key. Defaulntya adalah /etc/ssh_host_key.
-i
Dipergunakan untuk menjalankan sshd dari inetd. Namun oleh pembuatnya disarankan untuk tidak dijalankan lewat inetd. Hal ini disebabkan karena sshd harus membuat key untuk tiap sesi, sehingga mempengaruhi kinerja daemon lain yang dijalankan lewat inetd.
-k
Dipergunakan untuk mengeset waktu, berapa lama sshd harus membuat (generating) kunci (session key) yang baru. Defaultnya adalah sekali dalam sejam. Jika diset 0 maka sshd tidak akan pernah membuat session key yang baru.
-p [port]
Dipergunakan untuk menentukan port alternatif bagi sshd. Defaultnya adalah port 22.
-q
Dipergunakan untuk mematikan logging (tidak melakukan pencatatan terhadap aktifitas sshd.



Untuk klien, ssh mempergunakan file /etc/ssh_config. Secara default file tersebut berisi :
# This is ssh client systemwide configuration file. This file provides 
# default for users, and the values can be changed in per-user #configuration 
# files or on yhe command line.
 
# configuration data is parsed as follows: 
# 1. Command line options 
# 2. User- specificc file 
# 3. Systemwide file 
# Any configuration value is only change the first time it is set. 
# Thus, host-specific definitistion should be at the beginning of the 
# configuration file, and defaults at the the end.
 
# Sitewide defaults for various options
 
# Host * 
#   ForwardAgent yes 
#   ForwardX11 yes 
#   RhostsAuthentication yes 
#   RhostRSAAuthentication yes 
#   RSAAuthentication yes 
#   TISAuthentication no 
#   PasswordAuthentication yes 
#   FallBackToRsh yes 
#   UserRSH no 
#   BatchMode no 
#   StrictHostKeyChecking no 
#   IdentifyFile -/.ssh/identity 
#   Port 22 
#   Chiper idea 
#   EscapeChar -
Tabel berikut menjelaskan parameter yang dipergunakan dalam file ssh_config



Table: Parameter ssh_config (untuk klien ssh)
Pilihan
Fungsi
BatchMode [yes/no]
Dipergunakan untuk meminta username dan kata kunci pada saat koneksi dimulai.
Cipher [cipher]
Dipergunakan untuk menentukan metode enkripsi. Pilihannya adalah idea, des, 3des (triple DES), blow-fish, arcfour, dan none.
ClearA11Forwadings
Dipergunakan untuk meminta agar ssh meneruskan untuk membaca beberapa file konfigurasi dalam satu sesi.
Compression [yes/no]
Dipergunakan untuk meminta ssh menggunakan kompresi selama sesi berjalan.
Compressionlevel [0-9]
Dipergunakan untuk menentukan level kompresi. Semakin kecil nomornya, kompresi semakin cepat, tapi kualitas lebih jelek. Paling besar adalah 9, memberikan kompresi dengan kualitas bagus, tapi memperlambat kinerja.
ConnectAttempts [#]
Dipergunakan untuk menentukan berapa kali ssh akan mencoba berkoneksi kembali saat sebuah sesi tidak berhasil di inisialisasikan.
EscapeChar [charracter]
Dpergunakan untuk menentukan karakater Escape.
FallBackToRsh [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan apakah ssh harus berpindah ke rsh jika koneksi ke ssh server tidak berhasil.
ForwardAgent [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan apakah koneksi dengan program autentikasi lain akan diteruskan atau tidak.
ForwardX11 [yes/no]
Dipergunakan untuk meneruskan sesi X11 secara otomatis.
GetewayPorts [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan apakah host remote dapat tersambung secara lokal lewat port yang meneruskannya.
Hostname [hostname]
Dipergunakan untuk menentukan nama host yang login secara default.
Identityfile [file]
Dipergunakan untuk menetukan file alternatif identitas RSA. Defaultnya adalah .ssh/identity.
KeepAlive [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan apakah klien ssh mengirimkan pesan secara terus menerus kepada server remote.
KerberosAuthentication
Dipergunakan untuk menentukan ssh memakai autentikasi Kerberos 5.
KerberosTgtPassing
Dipergunakan untuk menentukan ssh memakai Kerberos ticket passing.
LocalForwading Port host:port
Dipergunakan untuk menentukan ssh meneruskan port lokal kepada host remote.
PasswordAuthentication [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan ssh memakai autentikasi basis password.
PasswordPromptHost [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan apakah host remote diperlihatkan dalam prompt login.
PasswordLogin [yes/no]
Dipergunakan untuk menentukan ssh memperlihatkan host remote pada saat autentikasi.
Port [port]
Dipergukan untuk menentukan port alternatif.
RhostsAuthentication
Dipergunakan untuk menentukan apakah autentikasi rhost dapat dipergunakan. Jangan dipergunakan tanpa alasan yang kuat, sebab rhost kurang aman.
RhostsRSAAuthentication
Dipergunakan untuk menentukan ssh memakai autentikasi rhost dan RSA pada saat koneksi dimulai.
SrictHostKeyChecking
Dipergunakan untuk menentukan apakah ssh menambahkan secara otomatis host key baru ke host file. Pilihannya adalah yes, no, dan ask.











Shorewall adalah salah satu tools firewall pada linux yang berbasiskan iptables. Shorewall terdapat konsep “zone” yang memudahkan kita untuk menentukan policy firewall, daripada kita melakukan konfigurasi secara manual dengan iptables. Misalnya network anda adalah spt gambar dibawah ini :
Shorewall
maka untukmemudahkan kita, asumsikan saja ada 3 zona yang dapat di definisikan, yaitu :
1. LAN, yaitu jaringan lokal, kita definisikan sebagai zona lok
2. Internet, yaitu koneksi kita ke internet, kita definisikn sebagai zona net
3. Komputer Firewall kita secara otomatis bernama zona $FW
Berikut ini adalah step-by-step konfigurasi yang diterapkan
  1. Install shorewall dari repository terdekat
root@sman20:~# apt-get install shorewall shorewall-doc
  1. Kopi konfigurasi dari template yg ada
root@sman20:~# cd /usr/share/doc/shorewall-common/default-config
root@sman20:~# cp zones /etc/shorewall/
root@sman20:~# cp interfaces /etc/shorewall/
root@sman20:~# cp policy /etc/shorewall/
root@sman20:~# cp rules /etc/shorewall/
  1. Setting Shorewall sebagai berikut :
a. konfigurasi zona
root@sman20:~# vim /etc/shorewall/zones
fw     firewall
lok ipv4
net ipv4
b. konfigurasi interface
root@sman20:~# vim /etc/shorewall/interfaces
lok    eth0    detect    tcpflags,nosmurfs
net    eth1    detect    tcpflags,nosmurfs
c. konfigurasi policy
root@sman20:~# vim /etc/shorewall/policy
$FW    all    ACCEPT
lok    $FW    DROP    info
lok    net    DROP    info
net    $FW    DROP    info
net    lok    DROP    info
d. konfigurasi rules
root@sman20:~# vim /etc/shorewall/rules
ACCEPT    lok    $FW    tcp    80
ACCEPT    net    $FW    tcp    80
ACCEPT    lok    $FW    tcp    53
ACCEPT    lok    $FW    udp    53
  1. Testing konfigurasi sebelum menjalankannya
root@sman20:~# shorewall check
root@sman20:~# shorewall start
  1. Coba me-restart shorewall untuk memastikan tidak ada error
root@sman20:~# shorewall restart
root@sman20:~# shorewall safe-restart
  1. Setting Shorewall agar automatis berjalan sewaktu booting
root@sman20:~# vim /etc/default/shorewall
startup=1
Happy securing your self with firewall… :D
reference :
shorewall
shorewall-nat
shorewall-accounting
shorewall-hosts
shorewall-interfaces
shorewall-routestopped
shorewall.conf
shorewall-masq
shorewall-policy
shorewall-rules
shorewall-zones

Ø Step by Step Konfigurasi DHCP Server Mikrotik

            DHCP Server ( Dynamic Host Configuration Protocol ) adalah Sebuah Server yang menyediakan Services atau memberikan layanan IP Address Otomatis bagi Client yang IP Address-nya di setting Automatic. DHCP Server menyediakan konfigurasi IP Address Otomatis yang meliputi : IP Address, IP Gateway dan IP DNS Server.
Membuat DHCP Server Mikrotik memanglah sangat mudah, tapi bagi beginner bisa bikin puyeng juga. So… Artikel ini adalah konfigurasi yang lebih manusiawi dengan konfigurasi melalui Winbox. Selain melalui Winbox, kita bisa melakukan konfigurasi DHCP Server melalui Console / CLI, Telnet, WebBox, dll.
Berikut ini Step by Step membuat DHCP Server Mikrotik dengan Winbox :
1. Pastikan semua konfigurasi Mikrotik telah selesai dan siap pakai. Lalu masuk ke menu : IP -> DHCP SERVER.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-01.jpg?w=600&h=500
2. Pada menu DHCP Server, pilih menu DHCP Setup untuk memulai Wizard-nya. Lalu pilih interface yang akan di gunakan untuk memberikan layanan DHCP. Tentunya disini kita akan mengunakan Interface LAN lalu kita klik Next.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-02.jpg?w=600&h=500
3. Selanjutnya kita menentukan DHCP Address Space. Karena IP Address jairngan LAN kita adalah 192.168.0.xxx/24 maka secara otomatis Wizard akan menawarkan DHCP Address Space : 192.168.0.0/24
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-03.jpg?w=600&h=500
4. Selanjutnya kita menentukan IP Gateway untuk DHCP ini. IP Gateway adalah IP Address dari interface yang menjembatani antara jaringan LAN dan Mikrotik, tentunya pada contoh Mikrotik ini kita gunakan IP Address : 192.168.0.1, lalu kita klik Next.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-04.jpg?w=600&h=500
5. Selanjutnya kita menentukan DHCP IP Address Range alias alokasi IP Address yang akan di layani untuk Client. Pada Mikrotik ini kita tentukan IP Address Range yang dilayani adalah 192.168.0.100192.168.0.200. Lalu kita Klik Next.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-05.jpg?w=600&h=500
6. Selanjutnya menentukan IP Address DNS Server. Disini kita dapat mengunakan IP DNS yang di gunakan oleh Provider kita atau bisa mengunakan IP DNS punya Nawala, yaitu :  180.131.144.144 dan 180.131.145.145. Lalu kita klik Next…
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-06.jpg?w=600&h=500
7. Selanjutnya kita menentukan LEASE TIME alias Waktu Persewaan IP Address atau Waktu yang di sewakan. Intinya adalah Lama waktu yang diberikan kepada Client untuk mengunakan IP Address otomatis dari DHCP Server Mikrotik. Misalnya kita berikan waktu 4 jam ( 4:00:00 ) -> Artinya : Jika Client masih terkoneksi ke jaringan LAN melebihi waktu 4 jam, maka Client tersebut akan tetap mendapatkan IP Address yang sama dan lease time-nya kembali mulai 4 jam lagi. Namun jika dalam waktu 4 jam Client sudah tidak terkoneksi ke jaringan maka IP Address tersebut dapat digunakan oleh Client yang lain. Lalu kita klik Next.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-07.jpg?w=600&h=500
8. Selanjutnya akan muncul tampilan seperti dibawah ini : “Setup has completed successfully”. Berarti Wizard DHCP Server telah selasai dan telah sukses kita lakukan. Lalu kita klik “OK”.
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-08.jpg?w=600&h=500
9. Selanjutnya kalau kita buka menu : IP -> POOL maka kita akan ada IP Pool baru dengan nama “dhcp_pool1″ yang berisi IP : 192.168.0.100192.168.0.200. ( lihat langkah ke 5 ).
http://thinkxfree.files.wordpress.com/2011/10/mikrotik-dhcp-server-09.jpg?w=600&h=500

10. Selanjutnya kita dapat mengamati pada menu tab “Leases”. Disitu ditampilkan informasi dari Layanan DHCP Server, termasuk informasi client penguna DHCP. Informasi tersebut berupa : Nama Host, IP Address yang digunakan, Mac Address, Lease Time, dll. Kita juga dapat menjadikan suatu IP Address khusus bagi suatu client tertentu, istilahnya adalah IP Address Reservation ( Reservasi IP Address ). IP Address Reservation dilakukan berdasarkan Mac Addres. Cukup Klik IP Address yang akan di buat statik lalu klik menu “Make Static” atau dengan cara Klik kanan lalu klik “Make Static”.









Ø  KONFIGURASI DNS SERVER
( LINUX) 
Konfigurasi yang akan dibicarakan di sini adalah versi 8.1.2, bukan 4.x. Kedua versi ini sedikit mempunyai perbedaan. Konfigurasi ini akan dibagi-bagi lagi menjadi jenis-jenis DNS  yaitu cache, primary dan secondary.
Secara umum file-file yang perlu dibuat adalah :
·         Named.conf
       File ini merupakan file konfigurasi utama dari named. Di file inilah akan dinyatakan file-file database yang akan digunakan untuk menterjemahkan IP address ke Hostname atau sebaliknya.
·         File database domain
File ini berisikan nama-nama host dari sebuah domain  yang di mapping ke ip addressnya .
·         File database reverse domain
Kebalikan dari file database domain, file ini memuat daftar ip address yang dimapping ke host name dari domain tertentu.
Ketiga file ini mutlak dibutuhkan untuk membuat name server. Untuk DNS tipe cache, hanya file pertama yang dibutuhkan. Sedangkan file kedua dan ketiga diperlukan untuk primary dan secondary server. 
Konfigurasi File Named.conf
File ini merupakan file utama dan yang pertama dibaca sewaktu memulai named. File ini berisikan jenis server apa yang akan dibuat, apa saja nama-nama file database domain dan reverse-nya ( kebalikannya ). Berikut diterangkan beberapa optionsnya :

1. Letak file konfigurasi
Syntax :
          options     {
          directory    /nama/direktori   ;
          };
Contoh :   options     {
          directory    /var/named;
                   };
2. Pengaturan zone
Syntax :
          zone  "nama.zone.com" {
              type jenis_type_server;
              file "nama_file_database_host" ;
          };
Contoh :  
zone  "salman.itb.ac.id" {
              type  master;
              file   "db.salman.itb.ac.id ";
          };
Jika jenis server yang akan digunakan adalah secondary atau dalam versi 8 ini disebut slave, maka sintaks yang digunakan :
          zone  "salman.itb.ac.id"  {
              type  slave;
              masters     {
                   167.205.206.100;
              };
          };
IP address yang disebutkan diatas merupakan IP address Domain Name Service
Untuk zone root atau dengan kata lain ".", cara penggunaannya :
          zone  "."  {
              type hint;
              file "named.root";
          };
Zone-zone resolve, dapat dituliskan sebagai berikut :
          zone  "9.205.167" {
              type master;
              file "9.205.167.in-addr.arpa";
          };
Pada contoh di atas, zone “9.205.167” merupakan kumpulan ip address yang berada pada ip kelas C 167.205.9.x, mulai dari 167.205.9.0-167.205.9.255.
3. ACL (Access Control List)
ACL adalah daftar alamat ip atau host. Daftar ini diperlukan bila ada rule yang mengharuskan. Misalnya DNS server ini hanya boleh dipakai oleh sekelompok tertentu saja, sisanya di tolak. Hal ini diperlukan untuk membuat DNS server yang diquery dari dalam firewall
acl name   {
           daftar_list_nama;
          };
Query
Dengan query ini, named dapat di set untuk memenuhi permintaan query dari host-host dengan ip tertentu saja. Selain ip-ip tersebut akan ditolak.

allow-query {
          167.205/16;
          }
Transfer
Seperti sudah dibicarakan sedikit di atas, hubungan antara primary ( master ) dengan secondary ( slave ) diperlukan sebuah sinkronisasi. Untuk melakukan transfer zone , master harus memberikan izinnya kepada slave seperti demikian :
allow-transfer {
          167.205.15.7;
          }
CONTOH FILE NAMED.CONF
Dalam contoh kali ini kita mengunakan domain salman.itb.ac.id, dan diasumsikan jaringan pada domain salman.itb.ac.id mempunyai network address 167.205.206.96.
options {
     directory “/var/named/”;
     fetch-glue no;
recursion no;
allow-query {167.205.206.96/26;127.0.0/8;};
allow-transfer {167.205.206.99;};
 zone "." {
        type hint;
        file "db.cache";
};

zone "0.0.127.in-addr.arpa" {
        type master;
        file "db.127.0.0";
};                       
zone “salman.itb.ac.id”  in {
     type master;
     file “db.salman.itb.ac.id”;
};
zone “206.205.167.in-addr.arpa” in{
     type master ;
     file “db.167.205.206”;
};

Option “fetch-glue no”  digunakan bersama dengan option “recursion no”  untuk menjaga cache server dari “pertambahan” atau “terkorupsi”. Selain itu men-disable recursion membuat server kita menjadi mode pasif, tidak pernah mengirim request ke name server yang lain. Mode ini sulit di-spoof.
Option “allow-query” menyebutkan bahwa hanya komputer pada network address 167.205.206.96 dan komputer local saja yang bisa mengakses DNS server.
Option “allow-transfer “ menyebutkan IP address host yang menjadi  secondary name server.
Pada konfigurasi diatas kita terlihat bahwa kita mempunyai 4 file database yang terletak dibawah direktori /var/named/. File tersebut antara lain:
1.     db.cache
Berisi daftar  root DNS yang ada di seluruh dunia.
2. db.127.0.0
Berisi mapping local hostname ke IP address
3. db.salman.itb.ac.id
Berisi mapping IP address ke hostname pada domain salman.itb.ac.id
4. db.167.205.206
 Berisi mapping  hostname ke IP address  pada domain salman.itb.ac.id 
Konfigurasi File Database Name Server
Selain membuat file named.conf, file yang perlu kita buat adalah file database domain dan file reverse database domain Pada modul kali in akan dibahas tentang kedua file tersebut.

Konfigurasi File Database Domain
Dalam file ini terdapat satu set informasi untuk setiap domain. Set informasi untuk suatu domain bisa berupa IP address, nama alias , nama sever yang bertanggung jawab atas domain tersebut dan lain-lain.
Masing-masing informasi dalam satu set informasi disebut “resource record”.
Format standart untuk setiap resource record dalam file database domain adalah :
<hostname atau zona> <ttl> <address class> <tipe> <catatan spesifik>
Keterangan :
1.     Field pertama ialah nama  domain atau bisa juga  namat host yang akan diresolve. Penulisan field ini selalu dimulai pada kolom pertama.
Untuk semua resource record selain resource record pertama dalam suatu file, field ini boleh dikosongkan. Jika field ini dikosongkan maka domain yang tidak disebutkan ini akan merujuk ke resource record pertama.
2.     ttl (time to live) adalah waktu lamanya data boleh disimpan dalam file database ini. Bila field ini dikosongkan maka TTL dipakai adalah TTL yang disebutkan dalam resourch record SOA (Start Of Autority). SOA akan diterangkan setelah ini.
3.     address class . hanya satu class yang di support, yaitu IN, untuk Internet class.
4.     Type resource record :
Beberapa tipe yang banyak dipakai adalah
A.   SOA (Start of Authority)
Untuk mendeklarasikan suatu zona dan pengaturnya. Record ini mutlak diperlukan dalam suatu name server. Setiap zona hanya memiliki sebuah zona.
<zona> IN SOA <origin> <contact> (
serial
refresh
retry
expire
minimum
)
-Zona    : Mendefinisikan zona DNS
-Origin  : Primary DNS server
- Contact : email address dari administrator/penanggung jawab dari Name Server ini. Tanda @ pada email address diganti dengan tanda . ( titik).
-Serial   : Nomor seri zona file yang merupakan salah satu acuan bagi secondary server, apakah record yang ada lebih baru. Sebaiknya disesuaikan dengan saat pembuatan file, sintak yang dianjurkan adalah YYYYMMDDHHmm (tahun-bulan-tanggal-jam-menit). Sintak seperti di atas akan membantu dalam melacak perubahan.
-Refresh      : Selang waktu untuk secondary server mengecek data di  primary server.
-Retry : Lama waktu tunggu bagi secondary server untuk mengulangi pengecekan jika usaha pengecekan sebelumnya gagal.
-Expire : Lama waktu data di secondary server kadaluarsa sejak kegagalan refresh.
-Minimum : nilai time to live untuk semua record.

B. Name Server Record
Merupakan identifikasi DNS server untuk sebuah domain.
Format yang umunya dipakai :
[domain} IN NS dns_server
Keterangan:
·         domain      : domain yang ditangani oleh dns server yang disebutkan dalam field dns_server
·         .dns_server :  Hostname dari server yang bertanggung jawab atas domain tersebut di depan. 
C. Mail Exchanger
Mail exchanger adalah sebuah server yang menyediakan service untuk menerima atau meneruskan  mail untuk / dari host lainnya. Mirip dengan sebuah relay untuk meneruskan mail. Pada MX record ini terdapat sebuah angka prioritas, yang semakin rendah angkanya berarti semakin tinggi prioritasnya. Priorotas di sini dimaksudkan untuk host yang mempunyai beberapa MX record.
Format:
name IN MX prioritas    host
Keterangan:
·         name    : hostname atau domai tujuan pengiriman email
·         prioritas  : tingkat prioritas mail exchanger yang akan digunakan untuk me-redirect mail ke ‘name’. Hal ini diperlukan karena suatu mail server bisa saja mempunyai mail exchanger lebih ar satu.
·         Host    : hostname dari mail exchanger. 
D. Aliasing
Seperti arti katanya, aliasing berfungsi untuk memberikan nama lain kepada sebuah host yang sudah punya nama. Jenis record yang digunakan bernama CNAME ( Canonical Name ).
Format :
alias    IN  CNAME    host
Keterangan:
-          alias  : nama alias
-          host   : nama asli host asli 
E.   Address record
Untuk memetakan hostname ke IP address. Format:
hostname IN A address
Keterangan:
Host   : nama suatu host. Hostname ini ditulis secara relatif terhadap domain host tersebut. Misalakn host students.ee.itb.ac.id akan ditulis students saja pada file database untuk zona ee.itb.ac.id
Address : IP address dari host tersebut diatas.
Contoh lengkap untuk domain salman.itb.ac.id
Nama file : “/var/named/db.salman.itb.ac.id”. File ini merupakan file yang dideklarasikan di file named.conf pada zona “salman.itb.ac.id”.
    @ IN      SOA     ns.salman.ac.id.  admin.ns.salman.itb.ac.id.(
                        2001090100    ;serial thblntglnomor
                        86400         ;refresh setiap  12 jam
                        3600          ; retry 1 jam
                        3600000       ; expire 1000 jam
                        86400 )       ;TTL
                        IN      NS     ns.salman.itb.ac.id.
gtw                   IN          A       167.205.207.27
                        IN       A       167.205.206.97
ns              IN           A    167.205.206.100                
localhost           IN      A       127.0.0.1
attaqwa               IN      A       167.205.206.109
attaubah          IN      A       167.205.206.110
unit             IN      A       167.205.206.101
                        IN      MX 10   unit
                        IN      MX 20   gtw
  IN      MX 50   mx.itb.ac.id.
Host yang bernama unit mempunyai beberapa MX record yaitu unit, gtw dan mx.itb.ac.id. Angka-angka 10 20 dan 50 tersebut menyalakan bahwa apabila ada mail datang untuk host unit.salman.itb.ac.id, harap mail tersebut disampaikan ke unit.itb.ac.id pada usaha pertama, Bila usaha pertama gagal ( unit.salman.itb.ac.id sedang crash, down ) , pengantaran email dilanjutkan ke gtw.salman.itb.ac.id dan apabila gagal juga diantarkan ke mx.itb.ac.id. Demian arti dari multiple MX record pada host unit. 
Konfigurasi file /var/named/db.cache
File ini menginformasikan kepada server, dimana letak server zone “root”. Untuk mendapatan file ini, anda harus melakukan ftp ke rs.internic.net, dengan lokasi direktori  /domain/named.root. ubah nama file ini menjadi db.cache dan letakkan dibawah direktori /etc/namedb
Jangan lupa untuk mencopy file tersebut ke direktori /var/named.
Cara lain adalah dengan mengcopy file cache-default yang biasanya ada dalam source program named ke file db.cache.
# cp cache-default /var/named/db.cache
Format dari file db.cache ialah sebagai berikut.
; This file holds the information on root name servers needed to
;       initialize cache of Internet domain name servers
;       (e.g. reference this file in the "cache  .  <file>"
;       configuration file of BIND domain name servers).
;
;       This file is made available by InterNIC registration services
;       under anonymous FTP as
;           file                /domain/named.root
;           on server           FTP.RS.INTERNIC.NET
;       -OR- under Gopher at    RS.INTERNIC.NET
;           under menu          InterNIC Registration Services (NSI)
;              submenu          InterNIC Registration Archives
;           file                named.root
;
;       last update:    Aug 22, 1997
;       related version of root zone:   1997082200
;
;
; formerly NS.INTERNIC.NET
;
.                        3600000  IN  NS    A.ROOT-SERVERS.NET.
A.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     198.41.0.4
;
; formerly NS1.ISI.EDU
;
.                        3600000      NS    B.ROOT-SERVERS.NET.
B.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     128.9.0.107
;
; formerly C.PSI.NET
;
.                        3600000      NS    C.ROOT-SERVERS.NET.
C.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     192.33.4.12
;
; formerly TERP.UMD.EDU
;
.                        3600000      NS    D.ROOT-SERVERS.NET.
D.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     128.8.10.90
;
; formerly NS.NASA.GOV
;
.                        3600000      NS    E.ROOT-SERVERS.NET.
E.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     192.203.230.10
;
; formerly NS.ISC.ORG
;
.                        3600000      NS    F.ROOT-SERVERS.NET.
F.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     192.5.5.241
;
; formerly NS.NIC.DDN.MIL
;
.                        3600000      NS    G.ROOT-SERVERS.NET.
G.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     192.112.36.4
;
; formerly AOS.ARL.ARMY.MIL
;
.                        3600000      NS    H.ROOT-SERVERS.NET.
H.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     128.63.2.53
;
; formerly NIC.NORDU.NET
;
.                        3600000      NS    I.ROOT-SERVERS.NET.
I.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     192.36.148.17
;
; temporarily housed at NSI (InterNIC)
;
.                        3600000      NS    J.ROOT-SERVERS.NET.
J.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     198.41.0.10
;
; housed in LINX, operated by RIPE NCC
;
.                        3600000      NS    K.ROOT-SERVERS.NET.
K.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     193.0.14.129
;
; temporarily housed at ISI (IANA)
;
.                        3600000      NS    L.ROOT-SERVERS.NET.
L.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     198.32.64.12
;
; housed in Japan, operated by WIDE
;
.                        3600000      NS    M.ROOT-SERVERS.NET.
M.ROOT-SERVERS.NET.      3600000      A     202.12.27.33
; End of File
Konfigurasi File Reverse Database
File ini berisikan database kebalikan dari database domain. Dalam database domain sebelumnya dinyatakan dari nama host ke alamat ip sedangkan pada reverse database sebaliknya yaitu dari nomor ip ke nama host. Untuk keperluan pemetaan ini diperlukan tipe resouce record yang berupa pointer (PTR) Format:
[oktet] IN PTR hostname
Keterangan :
oktet       : oktet terakhir ip addres
hostname    : nama host yang akan di resove.
Berikut contoh lengkapnya :
Nama file : "db.167.205.206” . File ini merupakan file yang dideklarasikan di file named.conf pada zona “206.205.167.in-addr.arpa”
@       IN      SOA     ns.salman.itb.ac.id. admin.ns.salman.itb.ac.id. (
        2001090100  ; Serial
       86400           ; Refresh every 24 hours
        3600            ; Retry every 1 hours
        2592000         ; Expire after 1 month
        25200   )       ; Minimum ttl of 7 Hours
        IN      NS      ns.salman.itb.ac.id.
97          IN PTR     gtw.salman.itb.ac.id.
100          IN PTR    ns.salman.itb.ac.id.
101       IN PTR  unit.salman.itb.ac.id.
109    IN PTR     attaqwa.salman.itb.ac.id.
110    IN PTR attaubah.salman.itb.ac.id

Konfigurasi file /var/named/db.127.0.0
Konfigurasi file ini sama untuk semua jenis server, baik itu primary, secondary, ataupun cache-only server.
@       IN      SOA     localhost. root.localhost.  (
                                      1997022700 ; Serial
                                      28800      ; Refresh
                                      14400      ; Retry
                                      3600000    ; Expire
                                      86400 )    ; Minimum
              IN      NS      localhost.

1       IN      PTR     localhost
Menjalankan Named
Setelah file named.conf, database domain dan reverse sudah selesai dibuat, maka named tinggal dijalankan. Untuk menjalankannya ada beberapa pilihan command. Cara pertama yang paling umum :
# named –b /etc/namedb/named.conf
Atau command kedua yang merupakan sebuah interface yang memudahkan user untuk menjalankan, memberhentikan, melihat status, mereload dari proses named. Command ini bernama ndc ( named daemon control ).
Untuk menjalankan named :
# ndc start
Untuk memberhentikan named :
# ndc stop
Cara  ketiga yang bisa digunakan untuk menjalankan ataupun menstop  named adalah engan mengeksekusi script program pad file /etc/rc.d/init.d/named
# /etc/rc.d/init.d/named start
Untuk menghentikannya :
# /etc/rc.d/init.d/named stop
Biasanya ada permintaan untuk menambahkan host baru pada domain yang telah ada. Maka file database domain perlu diedit sewaktu named masih berjalan. Setelah di edit selanjutnya named perlu di stop dan dimulai lagi atau dengan kata lain di reload. Untuk melakukannya :
# ndc reload
atau
# named.reload
Untuk detailnya silahkan baca manualnya.
Setelah named dijalankan, berarti DNS server kita sudah siap untuk menerima request dari client. Nah, bagi client yang akan melakukan request ke DNS server, sebelumnya perlu untuk mensetting ke DNS server mana dia akan melakukan request. Untuk itu tambahkan nama DNS server yang kita inginkan pada file /etc/resolve.conf
Contoh isi file /etc/resolve.conf:
domain salman.itb.ac.id
server 167.205.206.100
File diatas menunjukkan bahwa untuk domain salman.itb.ac.id, host kita menggunakan DNS server yang punya IP address 167.205.206.100

Testing
Selanjutnya, setelah named berjalan perlu juga di test untuk melihat apakah service sudah berjalan semestinya. Tool untuk testingnya ialah nslookup.
# nslookup
Default Server:  ns.salman.itb.ac.id
Address:  0.0.0.0
> 
Setelah prompt “ > “ keluar, maka server siap untuk ditanyai. Untuk memilih server yang akan ditanyai tinggal ketik :
> server ns.server.baru.co.id
Default Server:  ns.server.baru.co.id
Address:  167.205.22.123
Untuk menanyakan ip address dari host, tinggal ketik nama host.
> attaqwa.salman.itb.ac.id
Server:  ns.salman.itb.ac.id
Address:  167.205.206.100
Name:    attaqwa.salman.itb.ac.id
Address:  167.205.206.109
Begitu pula untuk menanyakan nama host dari ip address
> 167.205.206.109
Server: ns.salman.itb.ac.id
Address:  167.205.206.100
Name:    attaqwa.salman.itb.ac.id
Address:  167.205.206.109

Perintah tambahan:
·         host –a domain_name
Untuk melihat host apa saja yang terdaftar dalam DNS server yang menangani suatu domain.
·         host –l domain_name
Untuk melihat daftar server yang menangani domain tertentu.
Petunjuk pengerjaan

Kita tahu bahwa ada 3 fasilitas untuk “name resolving“. Ketiganya bisa digunakan semua oleh satu host. Nah, tentunya perlu cara untuk membuat urutan prioritas fasilitas mana yang akan kita pakai terlebih dahulu.
Prioritas ini diatur pada file /etc/nsswitch.





Ø Konfigurasi FTP

Ø Install paket vsftpd untuk versi yang terbaru
#apt-get install vsftpd
Ø Mengedit script vsftpd.conf
#pico /etc/vsftpd.conf
# Allow anonymous FTP? (Beware – allowed by default if you comment this out )
anonymous_enable=YES
#
# Uncoment this to allow local users to log in.
local_enable=YES
#
# Uncoment this to enable any form of FTP write command.
write_enable=YES
# Default umask for local user is 077. you may wish to change this to 002,
# if your user expect that (022 is used by most other ftpd’s)
# local_umask=022
#
# Uncomment this to allow the anonymous FTP user to upload files. This only
# has an effect if the above global write enable is activated. Also, you will
# obviously need to create a directory writable by the FTP user.
anon_upload_enable=YES
#
# Uncomment this if you want the anonymous FTP user to be able to create
# new directories.
anon_mkdir_write_enable=Yes
#
# Activate directory messages-messages given to remote users when they
# go into a certain directory.
dirmessage_enable=YES
#
# Activate logging of uploads/downloads.
xferlog_enable=YES
#
# Make sure PORT transfer connections orginate from port 20 ( ftp-data).
connect_from_port_20=YES
PS : Tanda yang becetak tebal merupakan tanda yang telah dihilangkan tanda pagarnya
Ø Merestart daemon FTP
#/etc/init.d/vsftpd restart
Shutting down vsftpd :
Starting vsftpd for vsftpd :




Ø Konfigurasi NTP Client di MikroTik

            Network Time Protocol adalah protokol yang digunakan untuk sinkronisasi waktu (hari, tanggal, bulan, tahun dan jam) antara perangkat-perangkat jaringan. Terutama perangkat yang tidak memiliki battery, sedangkan perangkat tersebut harus bekerja dengan memperhatikan waktu.
Untuk sinkronisasi waktu pada Mikrotik Router, dapat digunakan NTP Server untuk Indonesia dengan server 203.160.128.3. IP Address dari NTP Server Indonesia dapat dilihat pada http://www.pool.ntp.org/zone/id
Untuk menkonfigurasikan NTP client pada Router Mikrotik dapat digunakan perintah sebagai berikut :
[admin@IlmuJaringan] > system ntp client set primary-ntp=203.160.128.3 enabled=yes mode=unicast
[admin@IlmuJaringan] > system clock set time-zone-name=Asia/Makassar
[admin@IlmuJaringan] > system clock print
time: 17:57:06
date: feb/22/2011
time-zone-name: Asia/Makassar
gmt-offset: +08:00

Bila menggunakan WinBox, maka NTP Client dapat dikonfigurasikan melalui menu System > NTP Client. Sedangkan untuk melihat apakah Mikrotik telah sinkron dengan NTP Server dapat dilihat melalui menu System > Clock
http://www.ilmujaringan.com/images/stories/artikel_lepas/ntp_client.png

Ø Konfigurasi Webmail Server di Linux

Uh capek bgt udh mana proyek Network aku belum selesai masih banyak sekarang lagi konfigurasi webmail pake apa ya….akhirnya aku menunjuk SQUIRRELMAIL sebagai webmail server jaringan aku…
walaupun masih banyak macam2nya
kenapa aku memilih SQUIRRELMAIL sebagai webmail server aku karena dya mampu
1. POP
2. IMAP
3. SMTP
dan juga di dalam paketnya ada fungsi email termasuk dukungan MIME, address book, dan manipulasi folder atau direktori dan masih banyak lagi kelebihannya
klo kalian semua pada pengen pake SQUIRRELMAIL sebagai webmail server kalian,anda semua bisa dapatkan di website resminya http://www.squirrelmail.org sisitu banyak kok.
klo ambil file kompress yang tar.gz
# tar zxvf aplikasimail.tar.gz
# mv aplikasimail /var/www/html/webmail
# cd /var/www/html/webmail
# ./configure
1. kOnfigurasi umum
2. konfigurasi Organisasi kalian
3. konfigurasi user
4. cek semua konfigurasi apa masih ada yang salah ato tidak
5. jalankan
6. coba kirim2an email dari user1 ke user yang laen
jangan lupa konfigurasi user (posisi konsol di direktori webmail)
# chown -R nobody data
# chgrp -R nobody data
# chmod 777 data







  • .   Konfigurasi Mail Server-Webmail Pada Linux Debian Woody
1. Masuk sistem Linux debian login sebagai root
2. Install paket-paket yang dibutuhkan yaitu: postfix, courier-imap, squirrelmail, courier-pop
* Untuk menginstall paket pada postfix dapat menggunakan perintah ( apt-get install postfix), pada postfix configuration> Ok> pilih local only> mailname? Masukkan mail.tkj.net> setelah itu pada append domain to simple addresses >yes >tambahkan tkj.net dengan menggunakan tanda koma sebelumnya sebagai tanda> where should mail for root go > none > Enter
* Menginstall paket squirrelmail dengan perintah ( apt-get install squirrelmail). Pada configuring > pilih apache> tunggu beberapa akan tampil perintah do you want to run the apache config script now y/N> pilih y> enter> Save these change to the configuration files ? Y/n> pilih Y > restart apache now Y/N> pilih Y lagi kemudian Enter
* Menginstall paket courier-imap dan courier-pop secara bersamaan dengan menggunakan perintah (apt-get install courier-imap courier-pop), untuk penginstallan paket pada courier-base > pilih ok. Tunggu sampai proses penginstallan selesai.
Setelah semua penginstallan paket selesai maka kita harus mengkonfigurasi apa-apa saja yang harus dikonfigurasi agar mail server dapat digunakan.
3. Untuk konfigurasi pertama masuk file main.cf yang terdapat pada postfix dengan menggunakan perintah ( vi /etc/postfix/main.cf) Yang perlu ditambahkan/diedit:
myhostname = mail.tkj.net
mydomain = tkj.net
mynetworks = 192.168.10.0/24 127.0.0.0/8
home_mailbox = Maildir/ ( agar user yang kita tambah tersimpan directory Maildir)
#mailbox_command = procmail -a “$EXTENSION” (diberi tanda “#”)
MAILBOX_SIZE_LIMIT = 0 ( dihapus)
inet_interface = all
4. setelah pengkonfigurasian selesai, simpan dengan menggunakan perintah (wq!)
5. kemudian buat directory Maidir/ yang terdapat pada konfigurasi sebelumnya. Dengan menggunakan perintah (cd /etc/skel) kemudian ketikkan perintah (maildirmake Maildir/) untuk membuat directory tersebut. Setelah itu buat user untuk mail minimal 2 dengan menggunakan perintah (adduser satu(nama user)) enter > masukkan password (1)>ulangi password(1)> pada keterangan untuk mengisi data lengkap kosongkan saja pada pilihan y/n > pilih y. begitu juga untuk user yang kedua . dengan menggunakan perintah (adduser dua(nama user)) enter > masukkan password (1)>ulangi password(1)> pada keterangan untuk mengisi data lengkap kosongkan saja pada pilihan y/n > pilih y.
6. setelah selesai maka jangan lupa untuk menservice postfix dengan menggunakan perintah (/etc/init.d/postfix restart) jika tidak ada pesan error berarti postfix sudah berhasil.
7. Setelah pengkonfigurasian postfix selesai maka langkah selanjutnya pengkonfigurasian pada squirrelmail. Dengan masuk ke file config.php dan apache.conf. untuk langkah pertama kita masuk ke file config.php dengan menggunakan perintah ( vi /etc/squirrelmail/config.php). Yang perlu ditambah/diedit:
$domain = ‘tkj.net’;
$imap_server_type = ‘courier’;( default cyrus diubah dengan courier)
Setelah selesai simpan dengan menggunaka perintah (wq!)Konfigurasi squirrelmail bisa juga dilakukan dengan perintah : perl /etc/squirrelmail/conf.pl
8. kemudian masuk ke file apache.conf dengan menggunakan perintah ( vi /etc/squirrelmail/apache.conf). Yang perlu ditambah/diedit:
#Alias/squrrelmail/usr/share/squirrelmail (ditambah dengan tanda “#”)
ServerAdmin webmaster@tkj.net
DocumentRoot /usr/share/squirrelmail
ServerName mail.tkj.net
* setelah selesai simpan dengan menggunakan perintah (wq!).
* kemudian restart kembali postfix (/etc/init.d/postfix restart)
* kemudian restart apache, karena apache berhubungan dengan maillnya (/etc/init.d/apache restart)
* untuk mengetes apakah mail sudah bisa digunakan atau tidak dapat menggunakan perintah (w3m mail.tkj.net) jika sudah berhasil maka akan tampil menu login dan kita dapat login dengan menggunakan user satu yang telah dibuat. Maka mail sudah dapat di gunakan apabila sudah login. Namun pada saat login terjadi error, maka ulangi lagi memasukkan password. Jika sudah berhasil ada pilihan left atau right.kemudian kita pilih right pakah mail benar-benar sudah dapat digunakan. Setelah itu pilih menu compose untuk mengirim pesan contoh : “testing” untuk bisa mengirim tekan tombol F2, kemudian Y lihat kode dimana kita akan menyimpan pesan yang kita buat > CTRL + t. setelah itu logout.dari user yang satu dan masuk lagi keuser dua apabila tampilan user yang kedua sama seperti yang pertama pilih right > maka akan tampil pesan yang dikirim oleh user pertama > untuk membalas pesan dari user pertama dapat memilih pilihan replay> setelah itu isi tulisan yang diinginkan misalnya “testing berhasil”> F2 > Y >CTRL + t. jika sudah selesai mengirim logout dan kemudian masuk keuser pertama jika balasan tersebut sudah diterima berarti mail server benar-benar sudah dapat digunakan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar